Tak Dipandang Yamaha WSBK Walau Menang 9 Kali Berturut, Aegerter Sentil Lewat Dua Pesan Ini! Kok Dikacangin?

Maniakmotor – Juara dunia Supersport dari Swiss, Dominique Aegerter meraih berbagai perolehan yang mengesankan untuk Yamaha di kelas WSSP 600.

Tidak hanya menang 9 kali berturut-turut pada 5 seri yang digelar di musim WSSP 2022. Doski juga meraih pole position ke-300 untuk Yamaha R6 di kelas WSSP.

Ya masalah pole position itu bonus sih sebenarnya, dan fokus utama tetunya harus kepada cetakan gemilang yang doski buat tahun ini. Jarang-jarang ada yang bisa juara ke-1 9 kali berturut-turut.

Terakhir adalah Andrea Locatelli, di tim Bardahl bersama Yamaha R6 juga. Bedannya untuk Aegerter, dari awal doski udah di podium ke-2. Kalau kita bandingkan secara 10 race berturut-turut, ya bisa dibilang yang menang adalah Aegerter.

Tentunya, dengan perolehan yang sangat kompetitif bersama Yamaha R6 ini, doski ingin dapat pengakuan dari pabrikan garpu tala itu. Bagus-bagus, bisa sekalian ke kelas WSBK bersama Toprak atau Locatelli, namun hal sebaliknya justru didapat untuk mantan pembalap Moto2 itu.

“Saya punya dua pesan untuk Yamaha, pada hari Sabtu saya berhasil meraih pole position ke-300 untuk Yamaha di Kejuaraan Dunia Supersport, setelah itu tidak ada yang menghubungi saya. Saya menganggap itu pencapaian yang luar biasa,” kata Aegerter.

“Saya tidak tahu apakah mereka tidak menyukai saya atau apakah itu normal. Atau mungkin mereka hanya melupakannya, meskipun itu ada di TV,” sambung Aegerter dengan nada bingung agak kesal.

Tak berhenti di sana, pesan keduanya terkait promosi untuk musim depan. Yang menurutnya wajar untuk bisa didapatkan mengingat pencapaiannya di WSSP 2022 yang sangat harum untuk pabrikan dari Iwata, Jepang itu.

“Hal lainnya adalah saya salah satu pembalap Supersport tercepat dan saya tidak memiliki tawaran Superbike untuk tahun depan. Saya dapat melanjutkan dengan Ten Kate, tetapi hanya Supersport,” kata Aegerter.

“Saya ingin membalap untuk tim pabrikan Yamaha, juara dunia lainnya mendapatkan motor yang sempurna dan kompetitif di sana. Tapi saya? Mereka mengucapkan selamat saja tidak, hmm, lucu sih,” ujar Aegerter lagi.

Well, tentunya Yamaha tidak bisa sepenuhya disalahkan. Pasalnya, pembalap yang pernah jadi tentara itu memiliki usia yang sudah cukup senior.

Di angka 31, tentu saja ‘logis’ bila Yamaha lebih memilih pembalap muda seperti Cluzel. Bisa dibilang jadi investasi yang lebih bernilai.

Tapi opini mimin, ya tidak bisa dipungkiri bahwa Aegerter membawakan nama harum untuk Yamaha di dua tahun belakangan pada kejuaraan WSSP.

Tentu apresiasi tetap harus diberikan walau sedikit.

Kira-kira kenapa Doski tak dipandang menurut bro dan sister?

Raider

BACA JUGA

Kejebolan 3 Kali dari Toprak di Donnington Park, Rea Kecewa!

Jadi ‘Kesatria’ Bukan Baja Hitam, Fabio Quartararo Diberi Penghargaan Pemerintah Prancis!