
ManiakMotor – Ronde terakhir WSBK pada hari Minggu yang lalu (17/07/2022) di sirkuit Donington Park terlaksanakan dengan meriah, penonton padat, persaingan ketat, pokoknya kondisinya pas dan memberikan hiburan bagi penonton yang nonton dari TV ataupun yang hadir di sirkuit Donington. Inilah yang dapat dipelajari MotoGP dari sepupu jauhnya yang membalapi motor produksi masal itu.
Beberapa Minggu ini negeri Ratu Elizabeth sibuk menerima tamu, sehabis menjadi tuan rumah bagi kejuaraan WSBK di sirkuit Donington Park, 7 Agustus yang akan datang akan menerima rombongan MotoGP di sirkuit Silverstone.
Walau kedua kelas balapan tersebut berbeda dengan satu sama lain, Dorna sebagai pemilik dari keduanya, tentu tetap dapat mengambil pelajaran dari kemeriahan yang dirasakan pada penyelenggaraan WSBK pada sirkuit Donington Park kemarin untuk di implementasikan pada MotoGP.
Jujur saja, beberapapa balapan MotoGP terakhir ini dapat dibilang sayu-sayu, tidak menggugah gairah balapan dengan satu pembalap memimpin dari awal sampai akhir, seperti sedang latihan. Seluruh manuver salip menyalip menjadi sangat bergantung pada lepas start dimana semuanya masih rapat, setelah itu nempel terus dan menerus selama 45 menit kedepan.
Sedangkan balapan yang di gelar WSBK di sirkuit Donington memberikan kontras yang jelas dibandingkan MotoGP. Meskipun kemarin Toprak tak terbendung dengan hat-trick 3 kali kemenangan, di belakangnya semua sangat ketat, salip-menyalip dari awal sampai akhir, dan poin antara ke-3 pembalap terdepan semakin dekat sehingga menghidupkan kembali persaingan untuk titel juara dunia.
Seperti battle antara Alex Lowes dan Scott Redding sampai lap terakhir, yang akhirnya menjadi podium pertama bagi Redding diatas BMW. Atau battle Bautista dan Rea pada race ke-2 dimana Rea kecolongan pada lap terakhir oleh Bautista sehingga kehilangan posisi ke-2.
Inilah yang absen dari MotoGP zaman sekarang, pertarungan sengit dan adu skill siapa yang mampu rem paling dekat dan lebih pintar menutup racing line.
Namun, penulis rasa bagi penggemar-penggemar berat MotoGP dan pembaca setia Maniakmotor sudah faham betul apa yang menjadi dalang bagi lesunya balapan di MotoGP.
Ride Height Devices, dan perangkat Aerodinamis yang terlalu canggih yang mempengaruhi seluruh faktor yang ada di balapan MotoGP, dari ban, mesin, hingga teknik berkendara, dan cara menyalip-menyalip ditambah berbagai jenis motor berbeda yang memiliki kekuatan tersendiri pada bagian sirkuit tertentu.
Meski di WSBK ada yang memakai teknologi aerodinamis, hanya berupa winglettradisional yang tadinya sudah dilarang di MotoGP karena alasan safety, tetapi hanya itu saja, tidak dikembangkan atau diubah-ubah sampai berbagai bentuk yang aneh seperti di MotoGP, karena jelas tidak akan terpakai pada motor yang di jual untuk jalanan.
Ride Height Devices juga tidak hadir pada WSBK. Berbagai pabrikan yang memiliki konfigurasi mesin yang berbeda juga menyumbang bagi keseimbangan persaingan WSBK, semuanya kuat pada bagian tertentu, tidak seperti MotoGP dimana mayoritas menggunakan V4, apalagi pada 2023 Suzuki keluar dan yang memakai Inline 4 hanyalah Yamaha sendiri.
Namun, untuk peraturan dan regulasi Dorna sudah menjanjikan tidak akan diganti sampai tahun 2026 berdasarkan persetujuan antara semua pabrikan yang berpartisipasi, jadi setidaknya kita akan menikmati Motogp modern ini 4 tahun lagi ya guys ya, jika tidak adanya perubahan.
BONE