
Maniakmotor – Budaya balap peleton dengan slip stream sudah lama ada di Dorna Motorsports sejak GP125, dan sekarang berubah menjadi Moto3.
Di kelas itu, motor-motor dengan CC kecil, yakni 250CC saling beradu kecepatan di sirkuit taraf internasional besar. Yang membuat balapan menjadi berpeleton dengan persaingan antar pembalap yang sangat rapat.
Sehingga salip menyalip terjadi hampir setiap saat dan momen di antara tikungan ke tikungan. Itu jadi daya tarik kelas Moto3 yang identik sebagai penjenjangan awal di Dorna Motorsport.
Namun baru-baru ini, kelas itu mau ditiadakan oleh bos dari Boscoscuro yang hadir dengan proposal barunya tentang motor 500cc V2. Itu menurutnya lebih baik dalam hal penjenjangan ke kelas berikutnya, 750CC V3 Triumph.
“Sekarang para pebalap datang ke kelas Kejuaraan Dunia Moto3 pada usia 18 tahun, mereka memiliki tinggi 180 cm dan berat mungkin 70 kg. Kemudian mereka harus mengendarai mesin kecil 250cc silinder tunggal dengan 60 hp,” tutur Boscoscosruo.
“Menurut pendapat saya, kami membutuhkan kendaraan yang lebih besar dengan mesin yang lebih bertenaga untuk kelas Moto3. Bukan hanya karena rookie yang kini berusia 18 tahun, tetapi juga karena jarak antara mesin 250cc dan mesin tiga silinder 765cc di Moto2 menjadi terlalu besar,” sambungnya.
Tapi perlu diingat kembali bahwa memperbesar CC dan juga tipe mesin ini, akan menghapus budaya pertarungan slip stream dan berpeleton seperti di Moto3 saat ini.
Kalau ambil manfaat teknik untuk para pembalap, tentunya ini bisa menjadi degradasi. Bukti nyatanya ada sendiri kok bro.
Lihat Fermin Aldeguer yang lulusan WSSP600. Kadang di depan sih, tapi lebih sering zonk nyungsep di hadapa tekanan kuat.
Beda sama produk tempaan balap slip stream garang seperti underbone. Ai Ogura misalnya, selalu kuat di kepungan banyak pembalap.
Opini CMIIW YGY!
Raider
BACA JUGA